Minggu, 15 April 2012

Ringkasan

Telah dibuktikan sebelumnya, bahwa binatang yang menyerupai harimau kumbang itu, tujuh kepalanya dan sepuluh tanduknya adalah melambangkan suatu sistem yang bersifat universal. Empat binatang dari Daniel pasal 7, yaitu, singa, beruang, harimau kumbang, dan binatang yang tak tergambarkan telah ditunjukkan dalam khayal itu sebagai empat kerajaan dunia yang muncul satu menyusul yang lainnya. Dengan demikian, baik nubuatan maupun sejarah, membuktikan bahwa Babel, Medo-Persia, Gereka, dan Romawi telah datang yang satu menyusul yang lainnya. Empat mata rantai yang tak terpisahkan ini membuatnya menjadi tidak mungkin untuk memotong salah satunya dari empat binatang itu dengan suatu sistem yang universal. Oleh sebab itu binatang yang menyerupai harimau kumbang itu harus datang kemudian secara berurutan sesudah binatang yang keempat. Karena “sepuluh tanduk” dari binatang yang tak tergambarkan itu melambangkan “sepuluh orang raja” yang akan naik dari kerajaan Romawi, maka “mahkota-mahkota dan tanduk-tanduk” itu membuktikan, bahwa binatang yang menyerupai harimau kumbang itu melambangkan masa periode sesudah runtuhnya kerajaan Romawi, pada waktu mana “sepuluh orang raja” itu memperoleh kerajaan mereka. Karena ia juga “telah datang keluar dari laut”, maka jelaslah bahwa ia pun akan diciptakan dari hasil peperangan. Demikianlah runtuhnya kerajaan Romawi telah melahirkan seekor binatang yang kelima. Mulutnya adalah mulut singa, kakinya kaki beruang, badannya berbadan seekor harimau kumbang, dan memiliki sepuluh tanduk, menunjukkan bahwa ia adalah turunan dari Babel, Medo-Persi, Gerika, dan Romawi.

Karena ia telah membuka mulutnya mengucapkan hujat selama empat puluh dua bulan lamanya, atau seribu dua ratus enam puluh tahun, maka tak dapat dibantah bahwa ia melambangkan periode masa kepausan semenjak dari tahun 538 T.M. sampai tahun 1798 T.M. – yaitu waktu dimana kepala kepausan itu memperoleh lukanya yang membawa mati itu. Tetapi karena lukanya itu kelak akan sembuh kembali pada sesuatu waktu sesudah tahun 1798, maka jelaslah bahwa ia juga melambangkan sejarah dunia ini setelah tertawannya Paus Pius VI sampai kepada saat “lukanya yang parah itu sembuh kembali”; semua periode inilah yang telah melahirkan paham Katholikisme dan Protestantisme.

Adalah tidak bijaksana dan sia-sia saja merencanakan binatang nubuatan ini jika simbol-simbol itu gagal mengungkapkan paham Protestantisme seperti yang diungkapkannya mengenai paham Katholikisme. Sebelum masa seribu dua ratus enam puluh tahun itu berakhir dalam tahun 1798, empat organisasi gereja Protestan sudah berdiri; yaitu, gereja Lutheran, gereja Persbyterian, gereja Methodist, dan gereja Kristian. Tetapi sesudah tahun 1978 datanglah lagi Firstday Adventist (Adventist Hari Pertama); dan Masehi Advent Hari Ketujuh semenjak dari tahun 1844 sampai tahun 1929 melengkapi tujuh kepalanya itu. Karena paham Protestantisme itu runtuh oleh pemberitaan dari Pekabaran Malaikat yang Kedua sesudah tahun 1844, dan karena simbol dari Wahyu pasal 13 dalam tahun 1930 mengungkapkan, bahwa orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh “heran akan binatang itu” (dunia), maka kedua peristiwa ini telah menyembuhkan luka parah itu, lalu menarik selendang kata-kata hujat itu meliputi keseluruhan tujuh kepala itu. Dengan demikian, lengkapkan kegenapan dari nubuatan simbolis ini mengungkapkan kebenaran dari binatang itu. Karena semua sekte agama lainnya adalah hanya pasilan-pasilan (offshoots) yang memisahkan diri dari tujuh organisasi ini, maka kepala-kepala itu adalah meliputi seluruh dunia Kristen sampai pada tahun 1930. Karena nubuatan Firman Allah mengatakan : “Seluruh dunia heran akan binatang itu” (keduniawian), dan bukan heran akan kepala itu (kepausan), maka ini menunjukkan bahwa mereka itu mengagumi dunia, dan bukan mengagumi paham Katholikisme. Keluar dari kemurtadan yang besar ini pekabaran Wahyu 7 : 1 – 8 akan memeteraikan dan menyelamatkan 144.000 orang-orang suci, dari gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang kelak tidak akan merasai kematian di bumi ini. Tetapi pekabaran yang dilambangkan oleh malaikat Wahyu pasal 18 yang dengan kemuliaannya bumi akan diterangi, pekabaran itu akan memanggil keluar dari dunia “rombongan besar orang-orang” dari Wahyu 7 : 9.

Allah, Yang sangat teliti memperhatikan kebaikan sidang-Nya dalam mengugkapkan kebenaran-Nya kepada umat-Nya, telah memberikan kepada kita gambaran-gambaran peristiwa-peristiwa sejarah yang ajaib, yang merupakan bukti kasih sayang-Nya yang kekal bagi Israel pilihan-Nya – yaitu buah-buah pertama dari hasil penuaian-Nya. Dengan demikian “Allah Yakub itu”, beribu-ribu tahun sebelumnya telah menggariskan rencana-rencana-Nya untuk disampaikan kepada umat-Nya suatu tugas seni nubuatan dengan sentuhan Ilahi.

Nama Hujat

“Dan di atas kepala-kepalanya terdapat namahujat.” Artinya penolakan terhadap kebenaran yang terkenal, yang ditunjukkan dengan cara ketidak-setiaan yang menentang da ntidak hormat kepada Allah, atau kepada perkara-perkara yang harus dijunjung suci – yaitu menghina pribadi Allah dan kekuasaan-Nya. Nabi Yesaya, sambil memandang ke depan kepda sejarah kita sekarang ini yang penuh dengan penipuan besar yang dikepalai sebagai berikut : “Maka pada hari itu tujuh orang perempuan akan berpegang pada seorang laki-laki, sambil mengatakan, Kami akan makan roti kami sendiri, dan memakaikan pakaian kami sendiri; hanya saja biarkanlah kami dipanggil dengan namamu, untuk menyingkirkan kecelaan kami.” (Yesaya 4 : 1).

Adalah suatu kenyataan yang diakui di antara para siswa Alkitab, bahwa gereja-gereja dilambangkan oleh “wanita-wanita.” Wanita yang bersih – gereja yang bersih, seperti yang terdapat di dalam Yeremia 6 : 2, Wahyu 12 : 1; wanita yang cemar – gereja yang kacau, seperti yang terdapat di dalam Wahyu 17 : 4, 5. Yesaya mengatakan, bahwa ada “tujuh” orang wanita. Angka bilangan itu terdiri dari gereja-gereja yang sama ini juga. Mereka mengatakan, “Kami akan makan roti kami sendiri.” Artinya, mereka menghendaaki mengikuti jalan mereka sendiri; mereka tidak menghiraukan jalan Allah (Firman). “Kami hendak memakaikan pakaian kami sendiri”; artinya, mereka menghendaki rencana-rencananya sendiri daripada rencana-rencana Allah atau pembenaran-Nya. Dengan begitu, mereka memakaikan pada dirinya sendiri dengan pembenaran ciptaannya sendiri. Tujuannya ialah untuk dapat dipanggil dengan nama seorang laki-laki; artinya, dengan nama Kristus (orang-orang Kristen) untuk menyingkirkan kecelaan mereka. Orang banyak telah datang mengira bahwa mereka dapat berbuat hampir apa saja di bawah samaran Kekristenan lalu pergi dengannya. Allah akan membiarkan mereka terus mengikuti jalannya sampai kelak mereka, seperti halnya Belshasar, melewati garis perbatasan kemurahan ilahi, maka kemudian Ia akan memanggil mereka untuk mempertanggung-jawabkannya.

“Maka mereka menyembah naga itu yang telah memberikan kuasa kepada binatang itu; maka mereka menyembah binatang itu sambil mengatakan, Siapakah yang sama dengan binatang itu? Siapakah yang mampu berperang melawan dia? (Wahyu 13 : 4). Mungkin dapat ditanyakan, Bagaimanakah dapat orang-orang Kristen menyembah naga? Jawabannya mudah saja, maka penyembahan kepada naga itu dapat jelas terlihat. Cara penyembahan yang sekarang yang dilakukan oleh apa yang disebut lembaga-lembaga Kristen tak dapat dibantah adalah cara kekapiran. Pemeliharaan Hari Minggu, Hari Natal, dan Hari Paskah, dan sebagainya, semuanya itu berasal mula di Babil kuno yang lalu, berasal dari agama kapir yang tua untuk menghormati dewa matahari. Orang-orang Kristen di zaman modern menghormati Allah yan gmaha Tinggi dengan memakaikan adat istiadat kekapiran ini sebagai suatu lintah yang melekat pada tubuh manusia. Sebagaimana si pemalas mengisap darah secara tak sadar sehingga kepuasannya menghantarkan kepada kebinasaan, demikian pula dengan orang-orang Protestan berikut hari-hari peringatan kekapiran mereka; bahkan dengan berani memanggilkan mereka itu dengan nama Kristus. Benar-benar hujat, bukan? Setiap pelajar yang menyelidiki sejarah kuni mengetahui akan hal ini sebagai benar demikian pula setiap siswa Alkitab mengetahui bahwa semua yang disebut hari-hari besar Kristen ini adalah tidak berlandaskan Alkitab, demikian pula tidak bersifat Kristen. Kalau saja lembaga-lembaga ini adalah Kristen, atau bersifat Alkitab, maka mereka tentunya telah dibicarakan di dalam Alkitab. Tetapi karena mereka tidak ditemui di dalam Firman Allah, maka orang-orang Kristen sebaiknya meninggalkan mereka itu supaya jangan mereka juga didapati menyembah naga.

Yeremia, sambil memandang ke depan kepada masa kemurtadan ini, mengatakan sebagai berikut : “Demikianlah firman Tuhan, Janganlah kamu belajar jalan orang kapir, dan janganlah kamu gentar terhadap tanda-tanda di langit; karena segala orang kapir juga gentar olehnya. Karena segala adat istiadat orang banyak itu adalah sia-sia, karena bukanlah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Mereka memperindahnya dengan perak dan dengan emas; mereka mengikatnya dengan paku-paku dan dengan palu-palu, sehingga ia itu tidak bergerak.” (Yeremia 10 : 2 – 4). Walaupun Firman menyatakan, “Janganlah kamu belajar jalan-jalan orang kapir”, para pendeta Injil hendak memotong juga sebatang pohon kayu dari hutan lalu menghiasinya dengan perak dan emas, kemudian dengan berani memanggilnya dengan nama Kristus – pohon natal (Christmas tree). Betapa besarnya hujat yang dibuat orang! Apakah para pendeta dan guru-guru agama tidak mengetahui akan segala perkara ini? Yesus mengatakan, “Allah ialah suatu Roh; maka barangsiapa yang menyembah Dia wajib menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran.”

Yohanes mendengar orang-orang menantang Allah dengan mengatakan, “Siapakah yang sama dengan binatang ini? Siapakah yang mampu berperang melawan Dia?” Artinya, siapakah yang dapat menghapuskan sistem ibadah kekapiran ini; adakah seseorang? Mereka menentang kekuasaan Allah. Ia itu mungkin tidak dapat dikatakan dengan kata-kata, tetapi adalah sangat pasti ia itu diperlihatkan melalui perbuatan. Penglihatan manusia telah dibutakan oleh dosa, sehingga apabila suatu percobaan dibuat untuk menggabungkan perkara-perkara yang suci dengan yang biasa atau yang bersifat kapir, maka mereka tidak melihat adanya dosa di dalamnya. Walaupun Firman Allah menegaskan : “Melainkan dalam segala perkara kami menyatakan diri kami sendiri sebagai hamba-hamba Allah, dalam banyak kesabaran, dalam berbagai penderitaan, dalam kesukaran, dalam ketakutan, dengan kena sesah, dalam penahanan-penahanan penjara, dalam berbagai huru-hara, dengan berlelah, dengan berjaga-jaga, dengan puasa; oleh kesucian, oleh pengetahuan, oleh panjang hati, dengan kemurahan, oleh Roh Suci, oleh kasih yang tulus, oleh kata-kata kebenaran, oleh kuasa Allah, oleh senjata kebenaran pada tangan kanan dan pada tangan kiri, oleh kemuliaan dan kehinaan, oleh umpat dan pujian, laksana para penipu tetapi juga benar; Laksana tiada berkenal, tetapi terkena; seperti mati, tetapi sesungguhnya kami hidup; seperti disiksa, tetapi tiada mati; seperti dukacita tetapi senantiasa bersukacita; seperti orang miskin, tetapi membuat kaya banyak orang; seperti tiada memiliki sesuatu, tetapi memilikis egala perkara. Hai kamu orang-orang Korintus, mulut kami terbuka bagimu dan hati kami lapang ……. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya; sebab persamaan apakah terdapat di antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan kegelapan? Dan persamaan apakah terdapat di antara Kristus dan Belial? Atau apakah bagian orang yang percaya dengan orang kapir? apakah hubungan antara bait Allah dengan berhala-berhala? Karena kamulah kaabah dari Allah yang hidup; karena Allah telah berfirman, Aku akan tinggal di dalam mereka itu, dan berjalan di dalam mereka itu; dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. oleh sebab itu keluarlah dari antara mereka itu, dan berpisahlah kamu, demikianlah firman Tuhan, dan janganlah menjamah perkara yang keji; maka Aku akan menyambut kamu, dan Aku akan menjadi Bapa bagimu, dan kamu akan menjadi putera-putera-Ku dan puteri-puteri-Ku, demikianlah firman Tuhan Yang Maha Kuasa.” (2 Korintus 6 : 4 – 11, 14 – 18).

Adalah pendurhakaan terang-terangan melawan “demikianlah firman Tuhan” yang cukup jelas itu yang telah menimbulkan kekacauan dan malu di dalam dunia Kristen pada waktu ini. Benar para reformator belum melihat semua kesalahan ini, dan mereka tidak bertanggung-jawab untuknya, karena mereka belum memperoleh terang mengenai semuanya itu. Karena Allah telah memberikan terang ke atas Firman-Nya secara bertahap sedikit demi sedikit, yang memungkin untuk menangkap terang itu, maka Ia mengharapkan dari kita untuk menyambutnya, lalu dengan demikian menghantarkan kita sampai kepada kemenangan.

Tetapi orang mungkin akan mengatakan, jika Allah dapat menyelamatkan orang-orang lain dengan hanya sedikit terang, maka mengapakah Ia memberikan kepada kita lebih banyak lagi terang? Dari sekian banyak alasan kami akan mengomentari hanya dua. Oleh bantuan tambahan terang atas Firman Allah akan dapat menyelamatkan sejumlah besar orang-orang dan bukan hanya sedikit. Alasan yang kedua ialah, bahwa karena bagian terakhir dari sidang itu akan kelak diubahkan dan bukan dibangkitkan, maka kita memerlukan terang yang cukup untuk mempersiapkan kita untuk bertemu dengan Allah dan dengan semua mahluk yang tidak mati.

Justru kebodohan terhadap Firman Allah yang sedemikian ini di zaman Nuh telah membawa dunia kepada kebinasaannya oleh air. Suatu kondisi kejahatan yang sama telah menghancurkan kota-kota Sodom dan Gemmorah sampai menjadi habu. Jika di zaman Kristus kemunafikan yang sedemikian ini di bawah selubung kebaikan, telah meminta nyawa Anak Allah untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, maka apakah yang akan jadi pada waktu ini? Allah tidak dapat membinasakan dunia, karena Ia masih memiliki sejumlah besar orang untuk diselamatkan. Ia tidak lagi memiliki seorang putera yang lain untuk dihadiahkan bagi sidang, karena Kristus ialah satu-satunya Putera tunggal Allah. Jika cita-cita Allah adalah memberkati dunia melalui perantaraan sidangnya di bumi, tetapi mereka kepada siapa Injil bagi dunia telah dipercayakan telah membiarkan domba-domba dan sedang melayani Iblis di dalam diri mereka sendiri, maka dimanakah terdapat harapan bagi dunia ini? Satu-satunya jawaban yang dapat diberikan ialah, celaka bagi orang-orang berdosa di Sion. Allah akan menghimpun domba-domba-Nya. Ia hendak memiliki sebuah sidang; tetapi apakah kelak upah bagi orang-orang yang diperintahkan untuk memberi makan domba-domba tetapi sedang mengenyangkan dirinya sendiri? Kristus, yang semenjak semula telah melihat sampai kepada akhir segala perkara, dan dengan mata penglihatan-Nya yang sempurna memusatkan penglihatan-Nya kepada keadaan-keadaan masa sekarang, Ia mengatakan sebagai berikut : “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan kepada mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba itu yang didapati tuannya melakukan tugasnya sedemikian itu ketika tuannya datang. Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu, bahwa tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas atas segala harta miliknya. Tetapi jikalau hamba yang jahat itu akan berkata di dalam hatinya, ‘Tuanku perlambat kedatangannya. Maka ia akan mulai memukul teman-teman sesamanya, lalu ia makan minum dengan orang-orang pemabuk; maka tuan dari hamba itu akan datang pada suatu hari yang tidak disangkah-sangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, lalu menyesahkan dia teramat sangat, sambil menetapkan bagiannya bersama-sama dengan orang-orang munafik (dengan kepala-kepala dari binatang itu); maka di sanalah kelak terjadi tangisan dan keretak gigi.” (Matius 24 : 45 – 51).

Seluruh Dunia Heran Akan Binatang Itu

“Lukanya yang membawa mati itu sembuhlah sudah”, demikianlah kata Yohanes, “Dan seluruh dunia heran akan binatang itu.” Perhatikan bahwa dunia heran akan binatang itu, dan bukan heran akan kepala itu. Oleh sebab itu, ia itu tidaklah berarti bahwa dunia harus perlu mendaftarkan diri ke dalam keanggotaan dari badan yang dilambangkan oleh kepala itu. Artinya ialah, bahwa seluruh dunia telah mengikuti roh dari binatang itu – yaitu keduniawian. Dunia pada umumnya tidak pernah sebaliknya keadaannya. Tidak mungkin dapat dikatakan, bahwa “seluruh dunia heran akan binatang itu” jika umat yang dipercayakan Allah dengan Injil adalah bebas dari roh binatang itu. Tetapi harus jadi bahwa mereka telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka, lalu ikut serta dalam rohnya. Dimanakah perbedaan di antara sidang dan dunia?

Lukanya Yang Membawa Mati Itu Sembuh

“Maka aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu terluka membawa mati; dan lukanya yang membawa mati itu sembuhlah sudah; maka seluruh dunia heran akan binatang itu.” (Wahyu 13 :3). William Miller memberitakan periode nubuatan tentang 2300 hari itu sebelum tahun 1844. Nubuatan yang ajaib itu telah disampaikan kepada dunia Kristen dengan kuasa besar oleh Roh Allah. Walaupun para pemimpin dari gereja-gereja yang semula itu tidak dapat menentang melawan kebenaran yang disampaikan oleh Miller, mereka memalingkan juga telinganya daripada mendengarkan ajaran doktrin yang diajarkan olehnya.

Tetapi karena telah datang kekecewaan besar dalam tahun 1844 karena salah pengertian terhadap apa yang akan jadi pada akhir dari periode nubuatan itu, maka pergerakan yang diciptakan oleh Miller itu berakhirlah sudah. Pekabaran malaikat yang kedua dari Wahyu 14 : 8, telah memberitakan bahwa Babil (gereja-gereja yang mendahului tahun 1844) telah jatuh. Itu artinya, bahwa Allah tidak akan membiarkan terang apapun juga bercahaya atas firman-Nya melalui gereja-gereja yang jatuh ini. Kalau saja Allah tidak memanggil keluar sesuatu pergerakan Protestan yang lain lagi, maka luka yang membawa mati itu sudah akan sembuh pada waktu itu.

Oleh perantaraan pergerakan panggilan ilahi itu, dan yang dibantu oleh tulisan-tulisan “Roh Nubuatan”, maka maksud Allah adalah mempertahankan “luka yang membawa mati itu” tetap pada “kepala” binatang itu. Tetapi nubuatan Firman Allah mengatakan : “Lukanya yang membawa mati itu sembuhlah sudah.” Karena Firman Allah yang Suci menyatakan bahwa lukanya itu sembuhlah sudah, dan karena nubuatan tidak dapat gagal, maka pastilah bahwa luka itu “sembuhlah” sudah.

Tetapi karena Protestantisme oleh mematuhi Firman Allah telah menimbulkan luka itu, maka hanya Protestantisme yang benar saja yang akan dapat mempertahankan luka yang menyakitkan itu pada kepala binatang itu. Jika luka itu sembuh, maka terbuktilah, bahwa mereka yang dipercayakan Allah dengan pekabaran bagi sebuah dunia yang akan binasa, tentu telah dikalahkan dengan cara yang sama seperti yang dialami oleh setiap pergerakan yang ada semenjak permulaan dunia. Adalah sesuatu perkara yang ajaib untuk dicatat bagaimana musuh yang tua itu telah berhasil mencemarkan sidang dalam setiap masa melalui kepemimpinannya sendiri. Kepintaran manusia yang tertinggi terus menerus dibawa ke dalam kekeliruan sehingga dengan demikian mereka melayani Setan bagi kejatuhannya sendiri. Tidakkah pernah umat Allah mau mengambil manfaat dari semua kenyataan sejarah dan Alkitab ini? Bukankah segala perkara ini tertulis sebagai nasehat bagi orang-orang yang hidup di akhir zaman? Allah, melalui Firman-Nya yang Suci memerintahkan sebagai berikut : “Berhentilah bergantung pada manusia, yaitu mereka yang napas hidupnya terdapat di dalam lubang-lubang hidungnya; karena dalam apakah ia dipertanggung-jawabkan?” (Yesaya 2 : 22).

Sebagaimana telah diakui, bahwa pengasingan paus dalam tahun 1798 itu merupakan suatu pertanda, bahwa pukulan yang membuat luka telah selesai dilakukan, maka dengan begitu karena ia telah berhasil lagi memperoleh kekuasaannya yang ada kini membuktikan selanjutnya bahwa lukanya itu telah sembuh. Kenyataan-kenyataan ini tidak dapat dbantah, karena telah diakui bahwa peristiwa tahun 1798 itu adalah benar; oleh sebab itu peristiwa satunya yang terjadi dalam tahun 1929 tidak dapat disangkal. Memang demikianlah halnya, bahwa inilah masanya dimana simbol nubuatan itu berbicara, “lukanya yang membawa mati sembuhlah sudah.” Bacalah “Tongkat Gembala”, jilid 1, karena seluruh jilid itu membicarakan masalah ini.

Sebuah Kepala Terluka Membawa Mati

Yohanes mengatakan : “Aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka membawa mati.” Karena kepala yang terluka itu menunjuk kepada pukulan yang dilakukan oleh Luther terhadap kepausan, maka pengasingan paus dalam tahun 1798 merupakan pertanda mengenai lengkapnya luka itu dan bahwa periode nubuatan itu telah berakhir. Dengan demikian menggenapi kata-kata yang berbunyi : “Barangsiapa yang membawa orang ke dalam tawanan ia sendiri masuk ke dalam tawanan. (Wahyu 13 : 10). Kalau saja penguasa kepausan tidak memperoleh luka yang membawa mati oleh Luther, mana paus tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam penjara oleh jenderal Prancis, sebab sebelum kekuasaan kepausan itu dilukai oleh pedangnya Luther paus memerintah dengan penuh kekuasaan. Tetapi pukulan yang telah melemahkan kekuasaannya, maka akibatnya ialah bahwa paham Protestan telah muncul ke atas gelanggang. Pukulan yang terus menerus mulai melukai “kepala” itu, sampai pada akhirnya paus dimasukkan ke dalam penjara. Pukulan itu terus berlangsung sampai tahun 1870, pada waktu mana akhirnya kekuasaan sementara kepausan lalu disingkirkan. Itu merupakan gangguan terakhir dari “kepala” itu, maka ini menunjukkan bahwa ia tiu dibiarkan sampai sembuh sendiri “lukanya yang membawa mati” itu.

Dengan mengutip kata-kata Luther yang menjelaskan bagaimana kepausan telah dilukai sebagai berikut : “Saya kemukakan firman Allah; saya berkhotbah dan menulis – semuanya inilah yang saya lakukan. Dan walaupun selagi saya tidur, ……. Firman yang telah saya khotbahkan itulah yang telah meruntuhkan kekuasaan kepausan, sehingga bukan penghulu atau pun kaizar yang telah menimbulkan kehancuran yang besar itu. Tetapi pun saya tidak berbuat apa-apa; Firman itu sendirilah yang telah melakukannya.” – The Great Controversy, halaman 190. “Saya memulai pekerjaan ini dengan nama Allah”, demikianlah kata Luther, “itu pun akan berakhir bukan oleh saya, melainkan oleh kuasa-Nya.” – The Great Controversy, halaman 142. Janganlah seorang pun salah menafsirkan ucapan yang berikut ini karena penulis yang sama itu juga yang telah menuliskan kedua-duanya. Oleh sebab itu adalah tidak adil untuk salah mengartikan ucapan yang satunya, karena dengan berbuat begitu kita akan membuat yang satu tidak harmonis terhadap yang lainnya. Berbicara mengenai 1260 tahun itu kita baca sebagai berikut : “Periode ini, sebagaimana dikemukakan di dalam pasal-pasal yang terdahulu, dimulai dengan unggulnya kekuasaan kepausan, tahun 538, dan berakhir dalam tahun 1798. Pada waktu itu, paus telah ditawan oleh tentara Prancis, maka kekuasaan kepausan memperoleh lukanya yang membawa mati, dan ramalan itu genaplah, “Barangsiapa yang memasukkan orang di dalam tawanan ia sendiri akan masuk ke dalam tawanan!” (Ayat 10). Maukah kita mengabaikan Allah dan Roh-Nya, lalu menjadikan Berthier sebagai orang yang menimbulkan luka yang membawa mati itu, lalu dengan demikian membenarkan kebodohan?

Lambang Dari Kepala-Kepala

Adalah tidak mungkin bahwa baik tanduk-tanduk maupun kepala-kepala kedua-duanya melambangkan pemerintahan-pemerintahan sipil atau raja-raja. Jika tanduk-tanduk melambangkan pihak politikus, maka kepala-kepala tidak mungkin juga melambangkannya. Dari hal binatang yang menyerupai harimau kumbang Yohanes mengatakan, “Aku tampak salah satu daripada kepala-kepalanya itu bagaikan terluka yang membawa mati.” Karena “kepala” yang “terluka” itu melambangkan suatu badan agama, maka keseluruhan tujuh kepala itu harus melambangkan badan-badan organisasi agama, karena semua kepala-kepala itu adalah sama, terkecuali kepala yang terluka. Demikianlah suatu kenyataan yang tidak mungkin salah, bahwa simbol-simbol itu adalah dimaksudkan untuk mengungkapkan baik pihak pemerintahan sipil maupun pihak penguasa agama dari dunia yang ada.

Mahkota-mahkota melambangkan kekuasaan sipil seperti yang dijelaskan terdahulu. Kalau saja mahkota-mahkota itu terdapat pada kepala-kepala seperti halnya pada ular naga dari Wahyu 12 : 3, maka itu akan menunjukkan bahwa gereja-gereja sedang menggunakan bantuan kekuatan sipil untuk mengembangkan dgma mereka seperti halnya di masa kekaizaran dan kepausan Romawi, yang dilambangkan oleh ular naga itu. Tetapi karena mahkota-mahkota itu berada pada tanduk-tanduk, dan negara adalah terlepas dari gereja, maka itu membukjtikan simbol itu oleh mahkota-mahkota itu adalah tepat benar. Karena kenyataan-kenyataan yang dikemukakan mengenai keadaan dari simbol-simbol itu tidak dapat dibantah, terbuktilah bahwa kita memiliki suatu landasan positif bagi pengaplikasian simbol-simbol itu.

Binatang yang menyerupai harimau kumbang itu adalah turunan dari empat kerajaan kuno. Oleh sebab itu, ia melambangkan dunia, tetapi lebih tepat lagi yaitu keseluruhan peradaban barat berikut pemerintahan-pemerintahan sipil dan organisasi-organisasi agamanya. Akibatnya kepala-kepala itu melambangkan hanya dunia Kristen saja. Yohanes mengatakan : “Binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk dan di atas tanduk-tanduknya itu terdapat sepuluh mahkota, dan di atas kepala-kepalanya itu terdapat nama hujat.” Kenyataan bahwa terdapat nama hujat di atas kepala-kepala itu merupakan suatu bukti tambahan bahwa semuanya itu hanya dapat melambangkan badan-badan organisasi agama, sebab hujat adalah sama saja dengan munafik, dan munafik berarti suatu usaha untuk mencampur adukkan yang suci dengan yang biasa. Tetapi Tuhan berfirman : “Aku tahu hujat mereka itu yang mengatakan mereka adalah orang-orang Yahudi (orang-orang Kristen), tetapi bukan, melainkan mereka adalah jemaat Iblis.” (Wahyu 2 : 9). “Demikianlah Himeneus dan Alexander yang sudah aku serahkan kepada Iblis, supaya mereka itu diajar jangan menghujat.” (1 Timotius 1 : 20). “Sebab itu, hai anak Adam, berkatalah kepada bangsa Israel dan katakanlah kepadanya, Demikianlah firman Tuhan Hua, dalam ini pun segala bapamu sudah menghujat Aku, dalam hal itu mereka sudah mendurhaka melawan Aku.” (Yeheskiel 20 : 27). Baik kejahatanmu baik kejahatan segala nenek moyangmu yang sudah membakar dupa di atas gunung dan yang menghujat Aku di atas bukit-bukit, demikianlah firman Tuhan; sebab itu upah segala perbuatannya yang dahulu itu akan kusukatkan kelak ke dalam ribaan mereka itu.” (Yesaya 65 : 7). Pendurhakaan terhadap Firman Allah ialah hujat.”

Dengan sendirinya timbul pertanyaan, siapakah yang merupakan gereja-gereja yang menghujat ini? Mereka pasti banyak jumlahnya; bayangkanlah begitu banyak sekte yang ada. Firman nubuatan dari Allah, berbicara mengenai masa yang ada ini menegaskan : “Pertama-tama sekali ingatlah, bahwa pada akhir zaman akan datang kelak pengolok-olok yang berjalan menurut hawa napsunya sendiri.” (2 Petrus 3 : 3). “Karena masanya akan datang kelak manakala orang tiada tahan akan pengajaran yang benar, tetapi sebab gatal teliganya hendak mendengar, maka dihimpunkannya guru-guru bagi dirinya sendiri menurut hawa napsunya sendiri; maka mereka akan berpaling telinganya daripada kebenaran, lalu menyimpang kepada segala cerita bohong.” (2 Timotius 4 : 3, 4).

Apakah yang menimbulkan kekacauan masa sekarang ini? Sebab mereka telah berpaling dari kebenaran Alkitab yang murni, inilah satu-satunya jawaban yang dapat diberikan. Mungkinkah bahwa semua dapat benar sementara dua orang saja pun tidak ada yang sama percayanya, dengan hanya sebuah Alkitab, sebuah Injil, satu Tuhan, satu neraka yang ditinggalkan dan satu sorga yang dikejar? Yesus mengatakan : “Ada lagi pada-Ku domba lain yang bukan berasal dari kandang ini; semua itu juga harus Ku bawa, dan domba-domba itu akan mendengar suara-Ku, lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang saja.” (Yohanes 10 : 16).

Kekacauan Setan yang sedemikian seperti halnya kekacauan yang ada pada sekarang ini sedang akan timbul di masa rasul Paulus yang lalu. Sementara Roh Allah menggerakkan dia, maka diucapkannya kata-kata dengan suatu teguran keras sebagai berikut : “Hai Saudara-Saudaraku, sekarang aku minta kepadamu demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya hendaklah kami berbicara perkara yang sama, dan supaya tidak terdapat perpecahan di antara kamu, melainkan supaya kamu sekalian bersatu dengan satu hati dan satu keputusan. Karena sudah diberitahukan kepadaku dari hal kamu, hai Saudara-Saudaraku, oleh isi rumah Chelu, bahwa ada terdapat pertengkaran di antara kamu. Kini aku tegaskan, bahwa masing-masing kamu mengatakan : bahwa aku ini dari pihak Paulus, aku ini dari pihak Apolos, aku ini dari pihak Kepas, aku ini dari pihak Kristus.” Adakah Krisuts itu terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau dengan nama Pauluskah kamu dibaptiskan? (1 Korintus 1 : 10 – 13). Betapa besarnya perbedaan di antara kedudukan yang diambil oleh hamba Allah yang dipenuhi Roh dan rasul-rasul ciptaan sendiri yang ada sekarang.

Yesus mengatakan, “Semua perkara ini akan diperbuat mereka itu kepadamu, sebab tiada dikenalnya Bapa atau Aku.” (Yohanes 16 : 3). Kalau saja apa yang disebut pemimpin-pemimpin Kristen ini telah dipimpin oleh Roh Allah, maka mereka sudah akan meniru teladan yang dikemukakan oleh para nabi dan para rasul; maka tidak mungkin terdapat perpecahan apapun dalam kebenaran Alkitab. Keadaan pada waktu ini betul-betul merupakan suatu hujat dan menggenapi kata-kata Tuhan yang berbunyi : “Karena akan bangkit kelak Kristus-Kristus palsu, dan nabi-nabi palsu, dan akan menunjukkan tanda-tanda ajaib yang besar-besar; yang sedemikian itu, sehingga jika mungkin mereka akan menyesatkan orang-orang pilihan.” (Matius 24 : 24).

Melihat kepada kekacauan yang besar ini, terdapat kesulitan yang nyata untuk dengan cepat menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yesus mengatakan : “Lagi pula Aku berkata kepadamu : Bahwa jikalau dua orang daripadamu sepakat di atas bumi ini dalam barang sesuatu yang hendak dipintanya, ia itu akan diadakan baginya oleh Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 18 : 19). Tidak ada lagi yang dapat lebih berkenan bagi Allah daripada bagi salah satu daripada anak-anak-Nya untuk meminta jalan kebenaran dengan sejujurnya. Oleh sebab itu, orang yang sedemikian ini tidak akan dibiarkan dalam kegelapan : “Pintalah, maka ia itu akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan dapat; ketoklah, maka ia itu akan dibukakan kepadamu.” (Matius 7 : 7).

Jika orang menghiraukan mencari kebenaran, maka itu dapat dengan mudah terlaksanakan. Tetapi kenyataannya ialah, bahwa mereka tidak menghiraukannya. Orang banyak lebih suka tertipu daripada memohon kepada Allah untuk menunjukkan kepada mereka kebenaran-Nya. Benar, mereka berdoa, tetapi doa mereka tidak didengar, sebab : “Barangsiapa yang memalingkan telinganya dari mendengarkan hukum, bahkan doanya sekalipun akan merupakan kekejian.” (Amsal 28 : 29). Orang-orang yang disebut Kristen masa kini, mengatakan “Bahwa Injil adalah terdapat dalam Wasiat Lama dan hanya berlaku bagi orang-orang Yahudi saja.” Kita menoleh kepada Wasiat Baru untuk mendapatkan terang bagi masalah ini sebagai berikut : “Sebab itu barangsiapa hendak merombak salah satu dari perintah-perintah yang terkecil ini, dan akan mengajarkan demikian ini kepada orang lain, ia akan disebut yang terkecil di dalam kerajaan sorga; tetapi semuanya, ia akan disebut besar di dalam kerajaan sorga.” (Matius 5 : 19). Orang yang setia hatinya, dengan heran, mendengarkan pada waktu itu kata-kata orang pengolok-olok yang tidak beriman yang berbunyi : “Itu bukan dimaksudkan kepada hukum Allah; itu adalah perintah dari Yesus : Hendaklah kamu mengasihi sesamamu seperti akan dirimu sendiri.” Benar, tetapi yang manakah dari sepuluh perintah itu yang dapat kamu rombak, lalu juga kamu penuhi perintah-perintah dari Yesus? Maka jika kamu mengasihi sesamamu, maukah kamu mempermalukan Allahmu? Bukankah empat perintah yang pertama itu dipatuhi untuk menunjukkan hormat kepada Allah; dan enam perintah yang terakhir itu untuk menguji berapa besar kasih kita kepada sesama manusia?

Yesus mengatakan : “Pada kedua perintah inilah bergantung semua hukum Torat dan kitab nabi-nabi.” (Matius 22 : 40). Adakah Putera Allah yang tunggal itu bekerja bertentangan dengan Bapa-Nya? “Wahyu dari Yesus Kristus, yang diberikan Allah kepada-Nya untuk menunjukkan kepada semua hamba-Nya perkara-perkara yang harus akan jadi dengan segeranya; maka disuruh-Nya malaikat-Nya memberitahukannya kepada hamba-Nya malaikat-Nya memberitahukannya kepada hamba-Nya Yohanes.” (Wahyu 1 : 1). “Di sinilah terdapat sabar dari orang-orang saleh : inilah mereka yang memeliharakan perintah-perintah Allah, dan iman dari Yesus.” (Wahyu 14 : 12). Tidakkah Yesus mengatakan, bahwa orang-orang saleh-Nya memeliharakan perintah-perintah Allah? Kembali lagi pikiran yang berdosa mengemukakan sanggahannya sebagai berikut : “Mereka itu memeliharakan perintah-perintah Allah, tetapi bukan hukum.” Tetapi Roh menjelaskan : “Jika kamu menilik akan rupa orang, kamu berbuat dosa, dan kamu dihukumkan oleh hukum itu sebagai pelanggar-pelanggar hukum. Karena barangsiapa yang memegang segenap hukum, tetapi melangkah salah satu perkara, maka salahlah ia terhadap semuanya. Karena Ia berfirman : ‘Jangan berzinah’, tetapi membunuh, niscaya engkau sudah menjadi orang melanggar hukum. Katakanlah begitu dan turutlah begitu seperti orang yang akan dihakimkan oleh hukum kemerdekaan.” (Yakobus 2 : 9 – 12). “Berbahagialah segala orang yang melakukan perintah-perintah-Nya, sehingga mereka itu berhak menghampiri pohon hayat itu, dan boleh masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam negeri itu.” (Wahyu 22 : 14).

Pemeliharaan terhadap perintah-perintah-Nya adalah tiket untuk masuk ke sorga. “Akan Torat dan Kesaksian : jika mereka berbicara tidak sesuai dengan perkataan ini, itu adalah karena tidak ada terang dalam mereka.” (Yesaya 8 : 20). “Karena pikiran tabiat duniawi itu bermusuhan melawan Allah : karena ia itu tidak tunduk kepada hukum Allah, bahkan juga tidak dapat.” (Roma 8 : 7). “Barangsiapa yang mengatakan, aku kenal Dia, tetapi tidak memeliharakan perintah-perintah-Nya, ia adalah pembohong, maka kebenaran tidak terdapat di dalamnya.” (Yohanes 2 : 4). Sesudah lepas dari lubang penglihatan Iblis yang satu, pikiran tabiat duniawi itu berpegang lagi kepada yang lainnya; memutuskan untuk melayani Iblis dan menyesatkan dirinya sendiri, lalu dengan angkuhnya ia mengucapkan kata-kata, “Kami tidak memeliharakan hukum itu sesuai hurufnya melainkan sesuai dengan Roh, ‘Sebab huruf itu membunuh tetapi Roh memberikan kehidupan.’ Kekeliruannya terhadap apa yang diartikan dengan kebenaran Hukum sesuai dengan Roh ia harus mengesampingkan Firman Allah yang tertulis, dan memeliharakan Hukum Ilahi itu sesuai dengan cara-caranya sendiri, dan selaras dengan pikiran tabiatnya yang berdosa itu; membatalkan tulisan Yehovah sendiri (Lihat Keluaran 31 : 18), lalu dengan demikian meninggikan yang sia-sia di atas Yang Tak Terhingga. Betapa besarnya hujat yang dapat melibatkan seseorang sedemikian in? berikut ini kami kemukakan suatu penjelasan singkat mengenai masalah ini.

Memeliharakan hukum sesuai dengan hurufnya ialah mendirikan sebuah tembok mengelilinginya seperti yang diperbuat oleh orang-orang Parisi yang sombong dahulu. Kami kutip 1 Yohanes 3 : 15 yang berbunyi sebagai berikut : “Siapapun juga yang membenci saudaranya ialah pembunuh.” Oleh karena itu, walaupun kita tidak membunuh, tetapi membenci saudara kita, kita telah mematuhi hukum itu dengan tidak bersalah sesuai dengan huruf-hurufnya, tetapi bukan sesuai dengan Rohnya. Mematuhi hukum sesuai dengan Roh mempunyai pengertian yang lebih luas daripada yang dapat ditangkap oleh pikiran yang berdosa. Jika saya harus mematuhi semua hukum, maka saya harus mematuhi seluruh Firman Allah dalam segala hal, sebab jika tidak, maka saya akan menghina Dia, dan saya akan menjadi seorang pelanggar hukum seperti seorang anak durhaka yang mempermalukan orangtuanya di bumi, dan menjadi bersalah melawan perintah yang kelima di dalam hukum itu.

“Adakah kita diselamatkan oleh hukum Torat?” Tentunya tidak! Kita diadili oleh hukum Torat. Dengan demikian, jika kita dengan sengaja melanggar Firman Allah, maka kita jatuh di bawah tuduhan bersalah dari hukum Torat. “Karena jika kita berbuat dosa dengan sengaja kemudian daripada kita telah beroleh pengenalan akan yang benar itu, maka tidak ada lagi korban karena dosa.” (Ibrani 10 : 26). Tetapi jika kita mencintai pembenaran dari Allah seperti yang dikemukakan di dalam hukum-Nya, dan berketetapan hati untuk mematuhi Firman-Nya yang Suci di mana saja dijumpai (di dalam Alkitab atau pun Roh Nubuat) sesuai dengan ungkapan dari Roh-Nya, maka kita akan memperoleh kuasa yang memungkinkan kita untuk mematuhi maksud ilahi, lalu olehnya juga dosa-dosa kita dihapuskan oleh darah Kristus, dan demikianlah kita dibuat menjadi merdeka dari hukum itu berikut tuduhannya – kita ditempatkan di bawah karunia ilahi.



Benar adanya bahwa banyak orang suka disesatkan, mereka menyombongkan dirinya bahwa mereka berada dalam perjalanan ke sorga, sementara sebaliknya Setan sedang mengedipkan mata karena kebodohan mereka itu. Firman Allah menegaskan : “Maka banyak orang akan mengikuti jalan-jalan mereka yang jahat, dan jalan yang benar akan dicela orang oleh sebab mereka itu. …… Tetapi orang-orang ini, bagaikan binatang-binatang alamiah yang bengis, yang diciptakan untuk ditangkap dan dibinasakan, mencela segala perkara yang mereka sendiri tidak mengerti; maka mereka akan sepenuhnya binasa dalam kejahatannya sendiri.” (2 Petrus 2 , 2, 12). Ini membuktikan bagaimana semangat untuk membela golongan agama sendiri telah muncul.

Sebagaimana telah dibuktikan dan telah diterima secara umum, bahwa “tujuh sidang” dari buku Wahyu itu, pasal dua dan tiga, melambangkan sejarah gereja dalam sejarah Kristen, ternyata bahwa sidang telah terbagi dalam tujuh bagian. Laodikea merupakan yang terakhir, ia pun berada dalam bahaya kejatuhan sesuai dengan kesaksian dari Saksi yang benar sebagai berikut : “Oleh sebab engkau begitu suam, dan hangat pun tidak sejuk pun tidak, maka Aku hendak meludahkan kamu keluar dari dalam mulut-Ku.” (Wahyu 3 : 16). Allah telah mengirimkan pekabaran demi pekabaran untuk memberikan terang ke atas Firman tertulis-Nya. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperbaiki yang salah, menegur dosa, dan memperbaiki orang berdosa; tetapi para pemimpin dari masing-masing sidang itu membuang pekabaran-pekabaran itu, dan sebagian kecil orang-orang yang rela mengorbankan segala-galanya untuk mendapatkan kebenaran itu telah dipaksa untuk berpisah meninggalkan gereja-gereja dan maju terus dengan terang itu. Kalau saja para pemimpin mau rela untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan merkea lalu menyucikan sidang, maka sudah akan ada hanya satu sidang saja. Oleh penolakan terhadap kebenaran itu, maka masing-masing sidang memutuskan dirinya sendiri dari jangkauan lengan Allah. Dengan demikian, tidak ada satupun dari sidang-sidang ini memiliki terang tambahan atas Firman Injil daripada apa yang telah diberikan kepada mereka oleh para pendiri dari masing-masing pergerakan sidang mereka itu. Kenyataan ini membuktikan benarnya nubuatan Firman Allah, dan makin tua periode sidang itu makin besar tuduhan hukumannya. Oleh sebab itu, amka semua sidang ini dilambangkan dengan “kepala-kepala”; “nama hujat” di atas seluruh kepala-kepala itu, menunjukkan kejatuhan mereka. Kalau mereka menolak juga panggilan yang terakhir ini, maka ungkapan dari semua kenyataan ini akan berdiri menentang merkea, dan akan mendatangkan kehancuran mereke yang terakhir.

Pekabaran mengenai mereka yang 144.000 itu, serta suatu seruan bagi reformasi yang disampaikan kepada gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dalam tahun 1930 telah sama juga ditolak. Oleh karena itu, sebagaimana halnya para pemimpin dari sidang-sidang belum pernah menyambut sesuatu pekabaran pada masa manapun, maka mereka tentunya sedang menggenapi kata-kata nubuatan berikut ini : “Orang-orang bijaksana akan menjadi malu, karena akan terkejut dan tertangkap; sesungguhnya mereka telah menolak firman Tuhan; maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka? …… Karena segala gembala akan menjadi bodoh, tiada dicarinya Tuhan; sebab itu mereka tidak akan berbahagia, dan semua kawanan dombanya akan tercerai-berai.” (Yeremiah 8 : 9; 10 : 21).

“Tujuh kepala” dari “binatang yang menyerupai harimau kumbang” itu melambangkan rahasia dari kemunafikan dan ketidak berimanan ini, menunjukkan bagaimana masing-masingnya jatuh ke dalam jerat yang ditujunya. Oleh karena itu, semenjak dari masa Luther dan seterusnya Allah telah membiarkan agar umat-Nya dihanyutkan oleh air bah kepunyaan Setan (orang-orang yang tidak bertobat). Dengan demikian Ia terus memanggil sidang-Nya dari pergerakan yang satu kepada pergerakan yang lain.

Oleh sebab itu, mereka yang merendahkan standard dan menolak untuk berreformasi mengikuti suara trompet, mereka adalah orang-orang yang menciptakan perpecahan di dalam sidang Allah. “Sekarang aku pinta kepadamu Saudara-Saudaraku, tandailah mereka yang menciptakan perpecahan dan perselisihan yang bertentangan dengan pengajaran yang kamu pelajari; maka jauhilah mereka itu. Sebab orang-orang yang sedemikian itu tidak berbakti kepada Tuhan kita Yesus Kristus, melainkan melayani perut mereka sendiri; dan dengan kata-kata yang manis dan pidato-pidato yang menarik mereka menyesatkan orang-orang yang tulus hatinya.” (Roma 16 : 17, 18).

Karena sejarah gereja adalah sedemikian ini, dan bagian gereja yang terakhir (Orang-orang Laodikea) berada dalam keadaan yang terburuk, dan berada di bawah tuduhan yang lebih keras lagi daripada setiap sidang sebelumnya, dan karena tidak ada lagi waktu yang tinggal untuk membangkitkan suatu pergerakan yang baru, maka suatu pekabaran mengenai terang yang mentaajubkan dan teguran yang tegas melalui Firman Allah, disertai manifestasi-manifestasi mengenai keputusan-keputusan ilahi, adalah satu-satunya obat yang dapat membawakan pertobatan yang benar dan pembaharuan. Demikianlah mempersiapkan sebuah sidang untuk berdiri “dengan tiada bercacat cela, berkerut atau pun sesuatu perkara yang sedemikian ini”, yang hanya olehnya juga dapat dikatakan : “Maka naiklah amarah naga akan perempuan itu (sidang sebagai sebuah badan) lalu pergi memerangi yang lagi tinggal daripada benihnya, yaitu mereka yang memeliharakan hukum-hukum Allah, dan yang memiliki kesaksian dari Yesus Kristus.” (Wahyu 12 : 17). Adalah karena kesucian daripada sidang yang telah menimbulkan amarah dari naga itu.

“Tujuh sidang” ini pun dilambangkan oleh “tujuh kakidian”, dan kepemimpinan daripada sidang-sidang ini dilambangkan oleh “tujuh malaikat.” Demikianlah kita baca : “Adapun akan rahasia tentang tujuh bintang yang engkau tampak di dalam tanganku, dan tujuh kakidian emas itu, ketahuilah : Ketujuh bintang itu ialah malaikat-malaikat dari tujuh sidang itu; dan tujuh kakidian itu ialah tujuh sidang jemaat. (Wahyu 1 : 20). “Maka kepada malaikat dari sidangnya orang-orang Laodikea tuliskanlah.” (Wahyu 3 : 14). Perhatikanlah pekabaran itu ditujukan kepada malaikat (kepemimpinan), dan bukan kepada kakidian (sidang jemaat sebagai sebuah badan). Oleh karena itu, tuduhan itu bukanlah ditujukan kepada kakidian, melainkan kepada malaikat. “Sebab katamu, aku kaya, dan bertamabah-tambah dengan kekayaan, dan tikdak kekurangan barang sesuatu pun; dan tidak mengetahui bahwa engkau adalah orang yang malang, dan sengsara, dan miskin, danbuta, dan bertelanjang.” (Wahyu 3 : 17). Saudara-saudaraku, ini bukan ditujukan terhdap kamu, karena adalah Kristus yang berbicara, yang telah mati bagimu, terkecuali jika engkau tidak mau merubah jalan kehidupanmu.

Jika Kristus, oleh menghimpunkan ketujuh sidang ini ke dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tujuh kakidian dan memberikan catatan yang tergelap terhadap sidang yang terakhir, tidak juga menyebutkan orang-orang Laodikea itu Babil, maka demikian pula interpretasi mengenai “kepala-kepala” itu tidak akan berbuat begitu. Bukannya karena orang-orang Laodikea itu adalah lebih baik sehingga mereka tidak disebut Babil, karena catatan mengenai diri mereka adalah terburuk, melainkan adalah untuk menunjukkan bahwa karena alasan bertambahnya terang mereka, maka Ia akan melayani mereka secara terpisah. Adalah untuk membuktikan, bahwa jika “malaikat” (kepemimpinan) dari sidangnya orang-orang Laodikea menolak pekabaran dari “Saksi Yang Benar”, maka Ia tak dapat memanggil mereka yang 144.000 itu keluar dari antara mereka itu masuk ke dalam sesuatu pergerakan yang lain melalui panggilan dari Wahyu 18 yang berbunyi : “Keluarlah daripadanya hai umat-Ku supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya jangan kamu ikut terkena segala celakanya”, (ayat 4), melainkan sebaliknya melalui pekabaran dari Wahyu 7 dan Yeheskiel 9. Dengan demikian secepat mungkin melepaskan umat-Nya, dan selekasnya “menyelesaikan pekerjaan dan mempersingkatkannya dalam kebenaran; sebab suatu tugas yang singkat hendak Tuhan lakukan di atas bumi.” (Roma 9 : 28).

Durhakan terhadap Firman Allah adalah hujat, dan hujat ialah kemunafikan; yaitu yang dikatakan, bahwa mereka bukanlah sebagaimana yang mereka mengakui dirinya. Kemunafikan menyembunyikan tangisan-tangisan dosa di bawah selubung kebaikan. Dosa munafik seperti ini sukar sekali untuk disembuhkan karena tidak mudah ia itu ditemui oleh manusia. Kita tidak dapat memahami hati orang lain. Kita juga tidak dapat membedakan di antara selubung kemunafikan dan kehidupan yang suci. Asal mulanya suatu penipuan rohani dari suatu keadaan bukan dari sifat azasi manusia. Oleh sebab itu, rencananya adalah sangat licik sehingga ia itu tidak dapat dilihat oleh penglihatan manusia yang serba terbatas. Jenis penipuan ini hanya dapat dikenal di bawah penglihatan yang seksama dari Firman Allah yang suci dan oleh bantuan Roh-Nya.

“Cara-cara yang efektif untuk mengobati perencanaan penipuan yang tersusun rapih sedemikian ini ialah dengan suatu keyakinan yang teguh bahwa ada suatu mata Allah yang melihat semua; yang melihat akan dosa itu dimana pun juga berada, dan yang akan membawanya ke dalam pehukuman. Seorang munafik dapat saja menyembunyikan dosanya dari penglihatan orang lain bahkan kadang-kadang dari hati kecilnya sendiri, tetapi ia itu tidak pernah mungkin tersembunyi dari Allah.” Paulus, dalam memandang ke depan kepada suatu masa yang sedemikian ini, mengatakan sebagai berikut : “Karena masanya akan datang apabila orang tidak tahan terhadap pengajaran yang benar; tetapi sebab gatal telinganya hendak mendengar, maka dihimpunkannya guru-guru bagi dirinya menurut hawa napsunya sendiri. Maka dipalingkannya telinganya daripada kebenaran, lalu menyimpang kepada semua cerita bohong.” (2 Timotius 4 : 3, 4). “Jikalau begitu, hai engkau yang mengajar orang lain, tiadakah engkau mengejar akan dirimu sendiri” engkau yang mengajarkan bahwa jangan orang mencuri, tetapi engkau mencurikah? Engkau yang mengatakan, bahwa orang jangan berzinah, tetapi engkau berzinahkah? Engkau yang membenci segala berhala, tetapi engkau rampaskah rumah berhala? Engkau yang memegahkan dirimu dalam hal torat, tetapi engkau menghinakan Allah dengan melanggar hukum torat?” (Roma 2 : 21 – 23). Bagi orang-orang yang acuh tak acuh dan yang sembronoi; Ayub menegaskan sebagai berikut : “Bahwa anak sulung maut itu menelan kekuatan kulit tubuhnya bahkan kekuatannya.” (Ayub 18 : 13).

Tujuh kepala itu secara simbolis akan menunjukkan kepada “tempat-tempat yang tinggi” ini yang dipimpin oleh para pemimpin yang tidak suci yang telah mencoba untuk mencampur-adukkan perkara-perkara yang suci dengan yang biasa, dan yang menolak untuk mendengarkan Firman Tuhan. Angka bilangan Alkitab “tujuh” menunjukkan kepada kelengkapan, yang dengan sendirinya akan meliputi seluruh dunia Kristen pada masa kebenaran nubuatan ini diungkapkan untuk diketahui umum. Kemunafikan yang sedemikian ini bukanlah sesuatu yang asing dalam sejarah umat Allah, karena berulang kali sidang telah jatuh dihanyutkan oleh air bah Setan itu. Di masa Luther keadaannya adalah sama buruknya seperti pada masa sidang menyalibkan Kristus dahulu.

Jika generasi ini adalah lebih jahat daripada setiap generasi yang mendahuluinya, maka apakah yang dapat membuat sidang tahan uji terhadap sesuatu kemurtadan yang sedemikian? Adalah diakui oleh kebanyakan siswa Alkitab, bahwa nubuatan-nubuatan yang seperti ini hanya akan dpat dimengerti apabila objek nubuatan yang dikemukakan telah sepenuhnya berkembang. Oleh sebab itu, sekaranglah masanya dimana simbol-simbol itu berbicara. Tetapi ada suatu segi lain lagi untuk ini, dengan mana kami akan membuktikan bahwa semua fakta yang dikemukakan adalah benar.

Tanduk-Tanduk dan Kepala-Kepala Semuanya Ada

“Bahwa aku, Yohanes menyaksikan binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dan di atas tanduk-tanduknya itu terdapat sepuluh mahkota.” Janganlah kita mengabaikan kenyataan, bahwa semua tanduk, mahkota-mahkota, dan kepala-kepala itu semuanya berada pada binatang itu. Oleh sebab itu, apapun pengertian yang berasal dari lambang simbol itu, semuanya harus berada pada saat kepalanya yang terluka parah itu sembuh kembali. Kalau bukan demikian itu halnya, maka lambang-lambang mengenai kepala-kepala dan tanduk-tanduk itu sudah akan muncul secara berurutan satu menyusul yang lainnya sama seperti yang terjadi dengan tanduk kecil dan tiga tanduk lainnya yang telah “tercabut” dari binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7 : 7. Metode yang sama ini pun dianut terhadap “kambing jantan.” Sesudah tanduk yang besar itu patah (Alexander), maka muncullah pada tempatnya empat tanduk (empat bagian dari Gerika), dan setelah itu muncullah tanduk yang sangat besar itu yang sejak semula melambangkan Romawi. (Daniel 8 :8, 9).

Di mana sistem-sisitem dan pemerintahan-pemerintahan tidak semuanya terdapat pada waktu yang bersamaan, maka simbol-simbol menunjukkan keadaannya yang berurutan. Faktor lain untuk diperhatikan ialah bahwa setiap simbol dari keseluruhan proses kemunculan binatang-binatang itu menunjukkan kenyataan-kenyataan yang akan jadi dalam masa periode yang dilambangkan oleh masing-masing binatang, dan tidak satu pun dari mereka itu menunjuk kepada sesuatu perkara di masa lampau, terkecuali sifat-sifat tabiat keturunan dari leluhurnya.

Oleh karena itu, kepala-kepala atau pun tanduk-tanduk tidak akan menunjuk kepada setiap perkara apapun sebelum atau pun sesudah masa periode yang dilambangkan oleh binatang itu juga adalah tidak alamiah bagi kepala-kepala (anggota-anggota tubuh binatang itu) untuk berada sebelum atau sesudah adanya binatang itu sendiri. Oleh sebab itu, tidak akan konsisten untuk menyimpulkan, bahwa tanduk-tanduk maupun kepala-kepala itu dapat menunjukkan sistem-sistem yang berurutan sepanjang semuanya itu terlihat pada masa tindakan penutupan dari binatang itu. Binatang yang menyerupai harimau kumbang dalam keadaannya yang luka tentu dimaksudkan untuk menunjukkan secara nubuatan kepada kondisi yang ada dalam peradaban sekarang.