Minggu, 15 April 2012

Nama Hujat

“Dan di atas kepala-kepalanya terdapat namahujat.” Artinya penolakan terhadap kebenaran yang terkenal, yang ditunjukkan dengan cara ketidak-setiaan yang menentang da ntidak hormat kepada Allah, atau kepada perkara-perkara yang harus dijunjung suci – yaitu menghina pribadi Allah dan kekuasaan-Nya. Nabi Yesaya, sambil memandang ke depan kepda sejarah kita sekarang ini yang penuh dengan penipuan besar yang dikepalai sebagai berikut : “Maka pada hari itu tujuh orang perempuan akan berpegang pada seorang laki-laki, sambil mengatakan, Kami akan makan roti kami sendiri, dan memakaikan pakaian kami sendiri; hanya saja biarkanlah kami dipanggil dengan namamu, untuk menyingkirkan kecelaan kami.” (Yesaya 4 : 1).

Adalah suatu kenyataan yang diakui di antara para siswa Alkitab, bahwa gereja-gereja dilambangkan oleh “wanita-wanita.” Wanita yang bersih – gereja yang bersih, seperti yang terdapat di dalam Yeremia 6 : 2, Wahyu 12 : 1; wanita yang cemar – gereja yang kacau, seperti yang terdapat di dalam Wahyu 17 : 4, 5. Yesaya mengatakan, bahwa ada “tujuh” orang wanita. Angka bilangan itu terdiri dari gereja-gereja yang sama ini juga. Mereka mengatakan, “Kami akan makan roti kami sendiri.” Artinya, mereka menghendaaki mengikuti jalan mereka sendiri; mereka tidak menghiraukan jalan Allah (Firman). “Kami hendak memakaikan pakaian kami sendiri”; artinya, mereka menghendaki rencana-rencananya sendiri daripada rencana-rencana Allah atau pembenaran-Nya. Dengan begitu, mereka memakaikan pada dirinya sendiri dengan pembenaran ciptaannya sendiri. Tujuannya ialah untuk dapat dipanggil dengan nama seorang laki-laki; artinya, dengan nama Kristus (orang-orang Kristen) untuk menyingkirkan kecelaan mereka. Orang banyak telah datang mengira bahwa mereka dapat berbuat hampir apa saja di bawah samaran Kekristenan lalu pergi dengannya. Allah akan membiarkan mereka terus mengikuti jalannya sampai kelak mereka, seperti halnya Belshasar, melewati garis perbatasan kemurahan ilahi, maka kemudian Ia akan memanggil mereka untuk mempertanggung-jawabkannya.

“Maka mereka menyembah naga itu yang telah memberikan kuasa kepada binatang itu; maka mereka menyembah binatang itu sambil mengatakan, Siapakah yang sama dengan binatang itu? Siapakah yang mampu berperang melawan dia? (Wahyu 13 : 4). Mungkin dapat ditanyakan, Bagaimanakah dapat orang-orang Kristen menyembah naga? Jawabannya mudah saja, maka penyembahan kepada naga itu dapat jelas terlihat. Cara penyembahan yang sekarang yang dilakukan oleh apa yang disebut lembaga-lembaga Kristen tak dapat dibantah adalah cara kekapiran. Pemeliharaan Hari Minggu, Hari Natal, dan Hari Paskah, dan sebagainya, semuanya itu berasal mula di Babil kuno yang lalu, berasal dari agama kapir yang tua untuk menghormati dewa matahari. Orang-orang Kristen di zaman modern menghormati Allah yan gmaha Tinggi dengan memakaikan adat istiadat kekapiran ini sebagai suatu lintah yang melekat pada tubuh manusia. Sebagaimana si pemalas mengisap darah secara tak sadar sehingga kepuasannya menghantarkan kepada kebinasaan, demikian pula dengan orang-orang Protestan berikut hari-hari peringatan kekapiran mereka; bahkan dengan berani memanggilkan mereka itu dengan nama Kristus. Benar-benar hujat, bukan? Setiap pelajar yang menyelidiki sejarah kuni mengetahui akan hal ini sebagai benar demikian pula setiap siswa Alkitab mengetahui bahwa semua yang disebut hari-hari besar Kristen ini adalah tidak berlandaskan Alkitab, demikian pula tidak bersifat Kristen. Kalau saja lembaga-lembaga ini adalah Kristen, atau bersifat Alkitab, maka mereka tentunya telah dibicarakan di dalam Alkitab. Tetapi karena mereka tidak ditemui di dalam Firman Allah, maka orang-orang Kristen sebaiknya meninggalkan mereka itu supaya jangan mereka juga didapati menyembah naga.

Yeremia, sambil memandang ke depan kepada masa kemurtadan ini, mengatakan sebagai berikut : “Demikianlah firman Tuhan, Janganlah kamu belajar jalan orang kapir, dan janganlah kamu gentar terhadap tanda-tanda di langit; karena segala orang kapir juga gentar olehnya. Karena segala adat istiadat orang banyak itu adalah sia-sia, karena bukanlah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Mereka memperindahnya dengan perak dan dengan emas; mereka mengikatnya dengan paku-paku dan dengan palu-palu, sehingga ia itu tidak bergerak.” (Yeremia 10 : 2 – 4). Walaupun Firman menyatakan, “Janganlah kamu belajar jalan-jalan orang kapir”, para pendeta Injil hendak memotong juga sebatang pohon kayu dari hutan lalu menghiasinya dengan perak dan emas, kemudian dengan berani memanggilnya dengan nama Kristus – pohon natal (Christmas tree). Betapa besarnya hujat yang dibuat orang! Apakah para pendeta dan guru-guru agama tidak mengetahui akan segala perkara ini? Yesus mengatakan, “Allah ialah suatu Roh; maka barangsiapa yang menyembah Dia wajib menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran.”

Yohanes mendengar orang-orang menantang Allah dengan mengatakan, “Siapakah yang sama dengan binatang ini? Siapakah yang mampu berperang melawan Dia?” Artinya, siapakah yang dapat menghapuskan sistem ibadah kekapiran ini; adakah seseorang? Mereka menentang kekuasaan Allah. Ia itu mungkin tidak dapat dikatakan dengan kata-kata, tetapi adalah sangat pasti ia itu diperlihatkan melalui perbuatan. Penglihatan manusia telah dibutakan oleh dosa, sehingga apabila suatu percobaan dibuat untuk menggabungkan perkara-perkara yang suci dengan yang biasa atau yang bersifat kapir, maka mereka tidak melihat adanya dosa di dalamnya. Walaupun Firman Allah menegaskan : “Melainkan dalam segala perkara kami menyatakan diri kami sendiri sebagai hamba-hamba Allah, dalam banyak kesabaran, dalam berbagai penderitaan, dalam kesukaran, dalam ketakutan, dengan kena sesah, dalam penahanan-penahanan penjara, dalam berbagai huru-hara, dengan berlelah, dengan berjaga-jaga, dengan puasa; oleh kesucian, oleh pengetahuan, oleh panjang hati, dengan kemurahan, oleh Roh Suci, oleh kasih yang tulus, oleh kata-kata kebenaran, oleh kuasa Allah, oleh senjata kebenaran pada tangan kanan dan pada tangan kiri, oleh kemuliaan dan kehinaan, oleh umpat dan pujian, laksana para penipu tetapi juga benar; Laksana tiada berkenal, tetapi terkena; seperti mati, tetapi sesungguhnya kami hidup; seperti disiksa, tetapi tiada mati; seperti dukacita tetapi senantiasa bersukacita; seperti orang miskin, tetapi membuat kaya banyak orang; seperti tiada memiliki sesuatu, tetapi memilikis egala perkara. Hai kamu orang-orang Korintus, mulut kami terbuka bagimu dan hati kami lapang ……. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya; sebab persamaan apakah terdapat di antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan kegelapan? Dan persamaan apakah terdapat di antara Kristus dan Belial? Atau apakah bagian orang yang percaya dengan orang kapir? apakah hubungan antara bait Allah dengan berhala-berhala? Karena kamulah kaabah dari Allah yang hidup; karena Allah telah berfirman, Aku akan tinggal di dalam mereka itu, dan berjalan di dalam mereka itu; dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. oleh sebab itu keluarlah dari antara mereka itu, dan berpisahlah kamu, demikianlah firman Tuhan, dan janganlah menjamah perkara yang keji; maka Aku akan menyambut kamu, dan Aku akan menjadi Bapa bagimu, dan kamu akan menjadi putera-putera-Ku dan puteri-puteri-Ku, demikianlah firman Tuhan Yang Maha Kuasa.” (2 Korintus 6 : 4 – 11, 14 – 18).

Adalah pendurhakaan terang-terangan melawan “demikianlah firman Tuhan” yang cukup jelas itu yang telah menimbulkan kekacauan dan malu di dalam dunia Kristen pada waktu ini. Benar para reformator belum melihat semua kesalahan ini, dan mereka tidak bertanggung-jawab untuknya, karena mereka belum memperoleh terang mengenai semuanya itu. Karena Allah telah memberikan terang ke atas Firman-Nya secara bertahap sedikit demi sedikit, yang memungkin untuk menangkap terang itu, maka Ia mengharapkan dari kita untuk menyambutnya, lalu dengan demikian menghantarkan kita sampai kepada kemenangan.

Tetapi orang mungkin akan mengatakan, jika Allah dapat menyelamatkan orang-orang lain dengan hanya sedikit terang, maka mengapakah Ia memberikan kepada kita lebih banyak lagi terang? Dari sekian banyak alasan kami akan mengomentari hanya dua. Oleh bantuan tambahan terang atas Firman Allah akan dapat menyelamatkan sejumlah besar orang-orang dan bukan hanya sedikit. Alasan yang kedua ialah, bahwa karena bagian terakhir dari sidang itu akan kelak diubahkan dan bukan dibangkitkan, maka kita memerlukan terang yang cukup untuk mempersiapkan kita untuk bertemu dengan Allah dan dengan semua mahluk yang tidak mati.

Justru kebodohan terhadap Firman Allah yang sedemikian ini di zaman Nuh telah membawa dunia kepada kebinasaannya oleh air. Suatu kondisi kejahatan yang sama telah menghancurkan kota-kota Sodom dan Gemmorah sampai menjadi habu. Jika di zaman Kristus kemunafikan yang sedemikian ini di bawah selubung kebaikan, telah meminta nyawa Anak Allah untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, maka apakah yang akan jadi pada waktu ini? Allah tidak dapat membinasakan dunia, karena Ia masih memiliki sejumlah besar orang untuk diselamatkan. Ia tidak lagi memiliki seorang putera yang lain untuk dihadiahkan bagi sidang, karena Kristus ialah satu-satunya Putera tunggal Allah. Jika cita-cita Allah adalah memberkati dunia melalui perantaraan sidangnya di bumi, tetapi mereka kepada siapa Injil bagi dunia telah dipercayakan telah membiarkan domba-domba dan sedang melayani Iblis di dalam diri mereka sendiri, maka dimanakah terdapat harapan bagi dunia ini? Satu-satunya jawaban yang dapat diberikan ialah, celaka bagi orang-orang berdosa di Sion. Allah akan menghimpun domba-domba-Nya. Ia hendak memiliki sebuah sidang; tetapi apakah kelak upah bagi orang-orang yang diperintahkan untuk memberi makan domba-domba tetapi sedang mengenyangkan dirinya sendiri? Kristus, yang semenjak semula telah melihat sampai kepada akhir segala perkara, dan dengan mata penglihatan-Nya yang sempurna memusatkan penglihatan-Nya kepada keadaan-keadaan masa sekarang, Ia mengatakan sebagai berikut : “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan kepada mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba itu yang didapati tuannya melakukan tugasnya sedemikian itu ketika tuannya datang. Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu, bahwa tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas atas segala harta miliknya. Tetapi jikalau hamba yang jahat itu akan berkata di dalam hatinya, ‘Tuanku perlambat kedatangannya. Maka ia akan mulai memukul teman-teman sesamanya, lalu ia makan minum dengan orang-orang pemabuk; maka tuan dari hamba itu akan datang pada suatu hari yang tidak disangkah-sangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, lalu menyesahkan dia teramat sangat, sambil menetapkan bagiannya bersama-sama dengan orang-orang munafik (dengan kepala-kepala dari binatang itu); maka di sanalah kelak terjadi tangisan dan keretak gigi.” (Matius 24 : 45 – 51).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar