Minggu, 15 April 2012

Sebuah Kepala Terluka Membawa Mati

Yohanes mengatakan : “Aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka membawa mati.” Karena kepala yang terluka itu menunjuk kepada pukulan yang dilakukan oleh Luther terhadap kepausan, maka pengasingan paus dalam tahun 1798 merupakan pertanda mengenai lengkapnya luka itu dan bahwa periode nubuatan itu telah berakhir. Dengan demikian menggenapi kata-kata yang berbunyi : “Barangsiapa yang membawa orang ke dalam tawanan ia sendiri masuk ke dalam tawanan. (Wahyu 13 : 10). Kalau saja penguasa kepausan tidak memperoleh luka yang membawa mati oleh Luther, mana paus tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam penjara oleh jenderal Prancis, sebab sebelum kekuasaan kepausan itu dilukai oleh pedangnya Luther paus memerintah dengan penuh kekuasaan. Tetapi pukulan yang telah melemahkan kekuasaannya, maka akibatnya ialah bahwa paham Protestan telah muncul ke atas gelanggang. Pukulan yang terus menerus mulai melukai “kepala” itu, sampai pada akhirnya paus dimasukkan ke dalam penjara. Pukulan itu terus berlangsung sampai tahun 1870, pada waktu mana akhirnya kekuasaan sementara kepausan lalu disingkirkan. Itu merupakan gangguan terakhir dari “kepala” itu, maka ini menunjukkan bahwa ia tiu dibiarkan sampai sembuh sendiri “lukanya yang membawa mati” itu.

Dengan mengutip kata-kata Luther yang menjelaskan bagaimana kepausan telah dilukai sebagai berikut : “Saya kemukakan firman Allah; saya berkhotbah dan menulis – semuanya inilah yang saya lakukan. Dan walaupun selagi saya tidur, ……. Firman yang telah saya khotbahkan itulah yang telah meruntuhkan kekuasaan kepausan, sehingga bukan penghulu atau pun kaizar yang telah menimbulkan kehancuran yang besar itu. Tetapi pun saya tidak berbuat apa-apa; Firman itu sendirilah yang telah melakukannya.” – The Great Controversy, halaman 190. “Saya memulai pekerjaan ini dengan nama Allah”, demikianlah kata Luther, “itu pun akan berakhir bukan oleh saya, melainkan oleh kuasa-Nya.” – The Great Controversy, halaman 142. Janganlah seorang pun salah menafsirkan ucapan yang berikut ini karena penulis yang sama itu juga yang telah menuliskan kedua-duanya. Oleh sebab itu adalah tidak adil untuk salah mengartikan ucapan yang satunya, karena dengan berbuat begitu kita akan membuat yang satu tidak harmonis terhadap yang lainnya. Berbicara mengenai 1260 tahun itu kita baca sebagai berikut : “Periode ini, sebagaimana dikemukakan di dalam pasal-pasal yang terdahulu, dimulai dengan unggulnya kekuasaan kepausan, tahun 538, dan berakhir dalam tahun 1798. Pada waktu itu, paus telah ditawan oleh tentara Prancis, maka kekuasaan kepausan memperoleh lukanya yang membawa mati, dan ramalan itu genaplah, “Barangsiapa yang memasukkan orang di dalam tawanan ia sendiri akan masuk ke dalam tawanan!” (Ayat 10). Maukah kita mengabaikan Allah dan Roh-Nya, lalu menjadikan Berthier sebagai orang yang menimbulkan luka yang membawa mati itu, lalu dengan demikian membenarkan kebodohan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar